Sampai akhirnya saya menonton sendiri film ini. Awalnya karena tidak ada film lain lagi, jadi saya terpaksa menonton film ini. Dan menakjubkan, film ini ternyata mampu menyihir dan membawa saya dalam sensasi yang lain. Ciri khas fim India memang masih terlihat dalam film ini namun keberanian dari sutradara untuk membawa kehidupan nyata dalam masyarakat India benar-benar saya acungi jempol. Kisah seorang anak yang berjuang sebatang kara di jalanan hingga akhirnya menjadi jutawan mungkin sebuah tema yang cukup basi, namun bagi saya kisah ini terasa lebih nyata, lebih mengangkat cerita sesungguhnya dari kehidupan anak-anak jalanan. Setiap jawaban dari pertanyaan yang di jawabnya dalam kuis tersebut, seakan berasal dari lembar-lembar kisah kehidupan yang di jalaninya. Ia hanya seorang anak bodoh yang besar di jalanan, tidak menempuh pendidikan, namun perjalanan hidupnya ternyata menjadi guru yang paling berjasa menjadikannya jutawan. Film yang menakjubkan.
Di Indonesia sendiri kondisi ini sebenarnya banyak terjadi, tetapi kita seakan tidak perduli dengan kondisi ini. Anak-anak menjadi korban eksploitasi oleh orang-orang dewasa. Anak-anak dirampas hak-haknya hanya karena kondisi dan keadaan yang seakan tidak memihak pada mereka. Seperti ada virus yang menggerogoti hidup mereka. Dengan asyiknya kita duduk berpangku tangan mendengarkan lagu-lagu kesukaan kita sementara di jalanan masih banyak anak-anak yang menjadi pengamen, menjual suara kecil mereka demi membayar setoran. Di Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009, dengan mudahnya para pejabat dan calon wakil rakyat bicara tentang keadilan, kesejahteraan, dan kesuksesan bangsa ini di balik kesengsaraan anak-anak ini yang tidur beratap kolong jembatan dan langit, beralas koran dan tanah. Kapan mereka akan memenangkan “Who wants to be a millionaire” mereka sendiri?
|