Menyambut Pemilu dan Paskah tahun 2009

Apa persamaan antara Pemilu 2009 dan Paskah?
Jawabannya sangat mudah, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu KEMENANGAN!
Tiga hari lagi bangsa Indonesia akan masuk pada pesta demokrasi Pemilu Legislatif 2009. Pemilu Indonesia 2009 layaknya pintu gerbang yang akan kita buka bersama-sama. Beraneka ragam bentuk, warna dan motif pintu telah tersedia bagi kita, tinggal bagaimana kita memilih pintu yang mana yang akan bersama-sama kita pilih. Satu pintu akan menentukan kepastian arah dan tujuan dari bangsa ini, kemana selanjutnya akan kita bawa nasib dan perjuangan bangsa Indonesia. Setiap pintu memang menawarkan berbagai hal yang menarik sehingga terkadang masyarakat kesulitan untuk menentukan satu pintu yang tepat.

Sementara itu Paskah tidak pernah bisa lepas dari perjalanan iman umat Kristiani. Paskah merupakan bukti nyata bagaimana umat manusia mendapatkan kesempatan untuk sehidangan dengan Allah, menerima penebusan dosa dan janji keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Sebagai umat beriman, banyak tawaran “keselamatan” palsu seperti layaknya pintu gerbang yang harus kita pilih. Kita tidak tahu pintu yang mana yang akan kita pilih untuk mendapatkan “kehidupan yang kekal” di surga. Paskah meyakinkan kita pada satu hal bahwa ada satu pintu yang menjamin hal tersebut bagi kita. Selayaknya pintu itulah yang kita pilih.

Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 telah berakhir, janji-janji kemenangan telah disampaikan setiap para calon wakil rakyat. Saatnya nasib bangsa ditentukan ditangan kita sendiri. Apakah kita akan memilih kemenangan pertain atau caleg semata, ataukah kita memilih kemenangan bangsa demi kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia tanpa memandang dari partai mana? Semua terserah akal sehat dan hati kita. Dan setelah itu kita akan kembali merefleksikan satu kemenangan yang telah lama kita terima, kemenangan karena anugerah dari Allah dan bukan hanya sekedar janji semata. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Yesus telah turun langsung ditengah manusia, mengajar dan membawa janji keselamatan yang kekal. Ia mengajarkan kita untuk saling mengasihi, namun anehnya, janji-Nya yang kekal itu harus disertai dengan pengorbanan di kayu salib. Garansi dan jaminan akan keselamatan telah ditetapkan sehingga hanya menunggu kita untuk “memilih-Nya” sebagai “Pemimpin” yang benar. Pertanyaannya, maukah kita?




Read Another Posts